• Imagen 1 Listing Bumi Resources Mineral
    Pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) anak usaha anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Mineral (BRM)

IICD Rilis 16,67% Perusahaan Di BEI Belum Jalankan GCG

Jakarta - The Indonesian Institue for Corporation Directorsip (IICD) merilis ada 55 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, atau 16,67% belum menjalankan praktik-praktif Good Corporate Governance (GCG) dari 330 perusahaan yang disurvei IICD.

Senior Economist and Governance Specialist IICD, Stefen S. Handoyo mengatakan, laporan ditemukannya perusahaan yang belum menjalankan praktik GCG merupakan gambaran bahwa pelaksanaan etika baik perusahaan di pasar modal masih rendah. “Sekitar 275 atau 83,33% perusahaan Tbk sudah memenuhi persyaratan minimum praktik-praktik GCG dan selebihnya belum,” katanya kepada wartawan di Jakarta, Kemarin.

Menurutnya, sebanyak 135 dari 330 perusahaan telah terpilih sebagai nomonasi untuk mendapatkan penghargaan tertinggi dalam praktik GCGC di Indonesia yang akhirnya diwujudkan dalam pemberina IIDC GCGC Award 2010 kepada 24 perusahaan publik.

Selain itu, IIDC juga mengungkapkan, perlindungan hak-hak pemegang saham perusahaan-perusahaan di Indonesia tercatat masih rendah. Berdasarkan hasil kajian IIDC terhadap 330 perusahaan yang disurvei berdasarkan laporan keuangan, situs korporasi, press release, situs Bapepam-LK, BEI, menyimpulkan kriteria corporate governance pada perlindungan hak pemegang saham mendapatkan nilai 50,60% atau masuk kriteria rendah. Padahal pada aspek perlakuan adil terhadap pemegang saham (87,16%), peran pemangku kepentingan (65,73%), pengungkapan dan trasparansi (65,73%), serta tanggung jawab dewan komisaris dan direksi (60,60%), masuk kriteria baik.

Chairman IIDC Sidharta Utama mengatakan, prinsip pertama memang jalan di tempat karena rata-rata skornya relatif tidak berubah selama beberapa tahun terakhir. Keadaan ini tentu perlu mendapat perhatian khusus dari regulator, Bapepam-LK dan BEI.

Secara keseluruhan aspek dalam penerapan Good Corporate Governance jika dilaksanakan maksimal, akan meningkatkan nilai kapitalisasi perusahaan di pasar modal. Menurut IICD, dengan asumsi investasi senilai Rp 10 triliun, perusahaan publik yang menerapkan Good Corporate Governance dapat menambah nilai transaksi sebanyak Rp 4 triliun.

Sidharta bilang, perusahaan publik yang menerapkan GCG cenderung memiliki nilai harga saham yang lebih tinggi. “Ada value sendiri bagi perusahaan yang menerapkan,”ungkapnya.

Sementara James Simanjuntak juga menyampaikan, perlindungan hak pemegang saham mewakili 20% aspek penilaian Corporate Governance Scorecard. Perlakuan asil terhadap pemegang saham dapat porsi 15%, sama dengan kriteria peran pemangku kepentingan. “Ini memungkinkan untuk didisclose. Khusus hak-hak pemegang saham, naiknya sulit. Tetap di bawah 60%. Kan praktisnya kurang bagus. Kan peran juga 13% dari jumlah, masih belum 40%. Share holder practise juga jelek,” papar James.

Justifikasi penggunaan informasi publik sebagai dasar penilaian adalah dengan kaca mata men on the street, bahwa masyarakat hanya mempunyai akses terhadap informasi yang dipublikasikan. Dengan demikian, masyarakat hanya dapat menilai praktik corporate governance suatu perusahaan berdasarkan informasi tersebut.
Dari 330 perusahaan yang disurvei, 275 diantaranya atau 83,33 % telah memenuhi persyaratan minimum lokal praktik Corporate Governance. Sisanya 55 perusahaan atau 16,67% masih memperolah skor buruk (dibawah 60%). “Jika dibandingkan dengan kondisi di regional, kita juga tidak paling baik maupun buruk,” imbuh Sidharta.

Seperti diketahui, Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) adalah sebuah lembaga nirlaba yang didirikan oleh 10 Universitas dan sekolah bisnis terkemuka dan merupakan penyedia jasa advokasi, pelatihan dan riset dalam bidang tata kelola perusahaan terkemuka di Indonesia.

“Tukar Guling” Saham BUMI dan Vallar Akal-Akalan?

18 November 2010


Jakarta – Aksi perusahaan PT Bakrie and Brother Tbk sebagai induk perusahaan yang melakukan “tukar guling” saham terhadap anak usahanya PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan Vallar membuat pasar saham menjadi bergairah. Pasalnya, dengan aksi tersebut diyakini akan meningkatkan kinerja PT Bumi Resources Tbk membaik termasuk mengurangi beban utangnya.

NERACA

Hanya saja pengamat pasar modal Yanuar Rizki menilai, rencana aksi perusahaan grup Bakrie harus disikapi serius. Karena rencana “tukar guling” saham tidaklah begitu mudah dan bahkan cara ini dinilai sebagai transaksi perusahan terhadap repo-reponya yang belum bisa ditangani. “Rencana ini merupakan bagian transaksi melunasi utang reponya yang belum terselesaikan,” katanya kepada Neraca di Jakarta, Rabu (17/11).

Bahkan Yanuar menduga, rencana aksi korporasi tersebut merupakan akal-akalan perusahaan. Dimana mungkin saja dibalik Vallar tersebut juga bagian usaha grup Bakrie dengan pendanaannya yang bertujuan usaha tersebut terlepas dari beban utang.

Oleh sebab itu, pentingnya Bapepam-LK untuk membuka dibalik kepentingan aksi korporasi grup Bakrie dengan Vallar. Karena selama ini dibalik aksi tersebut, terdapat sesatu yang belum seluruhnya disampaikan kepada publik dan masih ada yang disembunyikan. “Bapepam-LK harus proaktif membongkar kecurigaan publik terhadap aksi perusahaan Bakrie. Bila tidak, maka pasar modal Indonesia tidak lagi beretika,”tegasnya.

Menurut dia, kecurigaan publik terhadap aksi perusahaan grup Bakrie sangat beralasan. Dimana banyak aksi repo saham BUMI belum terungkap dan terselesaikan. Ironisnya, Bapepam-LK lemah dalam menindak dan membongkar prilaku tersebut yang dinilai telah menyangkut pidana atau penyimpangan.

Sementara Aji Martono pengamat dari Recapital Asset Management mengakui, rencana aksi “tukar guling” atau mengalihkan utang ke saham dari BUMI ke Villar bakal disambut para investor. Pasalnya, perusahaan tersebut akan memiliki performance yang baik akibat utangnya BUMI yang diambil alih oleh Villar. “Bumi akan memiliki kinerja baik pasca aksi perusahaan,”katanya.

Selain itu, dari aksi pat gulipat BUMI akan memberikan dampak positif pada kinerja perusahaan. Dimana perusahaan akan lebih pruden atau keuangan menjadi lebih baik karena pendapatan tidak lagi digerogoti dengan bunga utang.

Kendatipun demikian, Aji mengakui persepsi investor terhadap perusahaan grup Bakrie di pasar modal 50% menilai negatif dan 50% positif. Disisi lain, hadirnya aksi perusahaan grup Bakrie dengan “tukar guling” saham BUMI juga memberikan gairah di pasar modal.

Sebagaimana diketahui, banyak cerita negatif tentang perusahaan grup Bakrie mulai dari repo BUMI yang belum terungkap hingga belum belum terbanyarnya anggota asuransi Bakrie Life dan terakhir kecurigaan dengan “tukar guling” BUMI dengan Vallar.

Kesepakatan perjanjian jual beli saham antara BNBR, PT Recapital Advisors, dan Vallar Plc, ditandatangani di Singapura pada Senin (15/11). BNBR menandatangani perjanjian jual beli dengan Vallar Plc untuk melepaskan 5,2 miliar saham BUMI di Rp2.500 dan mendapatkan 90,1 juta saham baru Vallar. BNBR akan menerima 50,5 juta saham baru di Vallar seharga GBP 10 per saham. 

Vallar Plc sendiri merupakan perusahaan investasi milik keluarga Rothschild yang baru saja menggelar IPO raksasa di Bursa London senilai US$1,07 miliar atau sekitar Rp9 triliun pada Juli 2010. Dengan demikian, Grup Bakrie bersama rekanannya, Recapital Advisors, sukses melakukan pencatatan saham jalur belakang (backdoor listing) di Bursa Efek London (London Stock Exchange) melalui transaksi tukar guling saham dan akuisisi dengan keluarga Rothschild senilai US$3 miliar atau setara Rp27 triliun. 

Mekanisme transaksi senilai Rp27 triliun itu sendiri dilakukan melalui dua cara, yaitu tukar guling saham dan pembayaran tunai oleh Rothschild. BNBR akan melepaskan 5,2 miliar atau 25% saham BUMI di harga Rp2.500 per saham atau total senilai Rp13 triliun kepada Vallar Plc. 

Kemudian, perusahaan tersebut akan membayar pembelian saham BUMI ini dengan memberikan 90,1 juta saham baru Vallar seharga GBP 10 per saham kepada BNBR. Dengan transaksi ini, BNBR akan menguasai 43% saham Vallar Plc dan Vallar Plc akan memiliki 25% saham BUMI.

Dirut BNBR Bobby Gafur Umar menjelaskan, Untuk menjadi pengendali Vallar, BNBR melepaskan sebanyak 5,2 miliar saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada harga Rp 2.500 per saham,” kata Direktur Utama BNBR Bobby Gafur Umar. Artinya, BNBR melepas sahamnya di BUMI dengan nilai sebanyak Rp 13 triliun.

Saham BUMI ini ditukar dengan 90,1 juta saham baru Vallar, dimana BNBR akan menerima 50,5 juta saham baru di Vallar. Harga konversi saham Vallar oleh BNBR ini pada harga 10 poundsterling per saham. Sayang, Bobby tidak menjelaskan berapa banyak prosentase kepemilikan saham BNBR di Vallar pada aksi “tukar guling” tersebut. cahyo/bani

sumber

Wanita Dibalik Penawaran Umum Perdana Bumi Mineral Resources

Ia menjadi satu-satunya wanita di tengah kaum adam yang mendominasi direksi PT Bumi Mineral Resources (BMRS). Namun, sifat yang humble dan murah senyum, membuatnya menjadi incaran pencari berita.

Sosok bernama lengkap Yuanita Rohali ini terlihat begitu mencolok karena menjadi satu-satunya kaum hawa yang duduk di atas mimbar pada Due Diligence Meeting & Expose Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) PT Bumi Mineral Resources (BMRS), Senin (8/11), Jakarta.

Dengan tutur katanya yang lembut dan penuh ketegasan, ia pun sabar meladeni pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan padanya seputar IPO BMRS. Alumni SMA 78 Kemanggisan ini memang menjadi salah satu tokoh kunci di balik berdirinya perusahaan milik Grup Bakrie yang bergerak di industri mineral tersebut.

Di sini, ia dipercaya menjadi Direktur Keuangan (CFO) pada perusahaan yang sebentar lagi akan listing dengan harga perdana di level Rp625-635 per lembar saham. Tugas berat dan melelahkan sudah tentu akan dihadapinya mengingat tanggung jawabnya yang besar dalam perusahaan.

"Dalam waktu dekat, saya dan tim akan roadshow ke beberapa negara di Asia dan Eropa selama IPO BMRS, semoga dana yang diperoleh sesuai dengan target yang telah kami tetapkan," terangnya.

Karir cemerlangnya saat ini di bidang keuangan, bukanlah cita-citanya. Karena, sedari kecil, Nita biasa ia dipanggil, ingin menjadi dokter. Namun kegagalannya diterima di jurusan kedokteran dan PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) ITB, membuat Nita banting setir mengambil jurusan Ilmu Komputer di Universitas Indonesia (UI).

Berkat didikan disiplin kedua orang tuanya yang sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, Nita berhasil meraih predikat lulusan terbaik kedua pada 1991. Ia pun menjajaki karir pertamanya di PT Gajah Tunggal, sebagai salah satu karyawan di bagian IT.

Namun, bekal pendidikan sarjana tampaknya tidak cukup. Setelah 9 bulan bekerja, Nita melanjutkan S2 Manajemen Internasional, Universitas Indonesia. Keinginannya untuk melanjutkan studi ke luar negeri terpaksa harus dipendam karena faktor biaya.

Tapi, tak lama setelah ia merampungkan gelar master pada September 1992, keinginannya untuk melanjutkan S2 di luar negeri menjadi kenyataan. Nita berhasil meraih beasiswa ke Australia dari sebuah Institusi.

Ia pun menyeberang ke negeri kangguru hingga pada Desember 1994 menyabet gelar Master of Commerce in Advance Finance dari University of South Wales, Sidney, Australia.

Karirnya pun dijajaki lagi. Berbekal pendidikan di bidang keuangan, Nita menjajal di Bank Credit Lyonnais Indonesia sebagai corporate banking officer. Namun, cobaan menghampirinya. Nita pada Maret 2002 harus berhenti bekerja, setelah banknya terpaksa harus ditutup oleh kantor pusat di luar negeri.

Nasib baik pun menghampirinya. Nita mendapatkan tawaran dari salah seorang teman semasa sekolahnya untuk bergabung di grup Bakrie. Tertarik dengan tawaran tersebut, Nita pun langsung menerimanya dan mulai kembali merintis karir.

Semangat dan kerja kerasnya pun berbuah manis. Karir ibu tiga anak ini semakin menanjak, dengan dipercayanya ia sebagai Direktur Keuangan PT Bakrie and Brothers sejak Juni 2004. Ia pun juga menangani beberapa anak perusahaan milik salah satu orang terkaya di Indonesia tersebut. (inc)

Sumber

Listing Bumi Resources Mineral Tetap Tahun 2010

Rabu, 06 Okt 2010 10:56 WIB
MedanBisnis - Jakarta . Pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) anak usaha anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Mineral (BRM), diperkirakan tetap terlaksana pada Desember 2010, setelah sebelumnya sempat terhambat karena belum berproduksi.
"Target manajemen, BRM akan melantai pada Desember 2010," ungkap Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito di  Jakarta Selasa (5/10).

Eddy menambahkan, BEI masih melakukan evaluasi atas permohonan IPO dari BRM. Sementara kepastian apakah target tersebut akan tercapai, dirinya enggan berkomentar lebih lanjut. "Kami masih melakukan evaluasi. Jika berjalan lancar, targetnya kemungkinan bisa tercapai," ucap Eddy.

Ia menambahkan, aset BRM telah berproduksi, hingga proses permohonan IPO pun kemungkinan besar akan berjalan lancar. Perusahaan dibawah BRM ini merupakan perseroan jasa pertambangan.

Seperti diketahui, BRM akan melepaskan 16,22% sahamnya ke publik pada September atau Oktober 2010. Target dana penawaran umum perdana saham sebesar US$ 400 juta, dari nilai ekuitas BRM saat ini sekitar US$ 900 juta. Dana hasil IPO akan digunakan untuk ekspansi perseroan.

BRM merupakan anak usaha BUMI dengan kepemilikan 99,99% saham. Sebelumnya, BUMI telah mengkonsolidasikan 4 anak usahanya yang bergerak di sektor non batubara ke dalam BRM.

Empat perusahaan tersebut adalah Lemington Investment Pte Ltd (yang memiliki Bumi Mauritania dan Konblo Bumi Inc), Calipso Investment Pte Ltd (yang memiliki Herald Resources Ltd), PT Citra Palu Minerals, dan PT Multi Capital (yang memiliki PT Newmont Nusa Tenggara).

Eddy menegaskan, calon emiten yang siap mencatatkan saham perdana pada November 2010 berjumlah enam perseroan. Mereka di antaranya, PT Krakatau Steel, PT Agung Podomoro, PT Borneo Lumbung Energy, PT Wintermar, PT Aditec, dan PT Midi Utama.

"Untuk Harum Energy akan listing esok hari, sedangkan ICBP (Indofood CBP) akan melantai pada Kamis," pungkasnya. (dtf)


Ringkasan IPO PT Bumi Resources Mineral (BRM)

Harga Saham IPO Martina Berto Rp650-850

Wednesday, 08 December 2010 

JAKARTA (SINDO) - PT Martina Berto menawarkan harga saham perdana di harga Rp650–850 per saham. Anak usaha Martha Tilaar Group ini melepas 33,17% saham ke pasar atau sebanyak 355 juta lembar saham, melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan target raihan dana Rp270 miliar.


Direktur Utama PT Martina Berto, Bryan David Emil, mengatakan, 50% dari total dana hasil IPO atau sebesar Rp135 miliar akan digunakan untuk membangun pabrik baru di Cikarang,Jawa Barat,pembelian mesin, dan peralatan produksi serta utilitas. Sekitar 20% atau Rp54 miliar dialokasikan untuk membayar utang perseroan kepada PT Bank CIMB Niaga. ”Sisanya, sebesar 30% atau Rp81 miliar akan digunakan untuk modal kerja, seperti renovasi gudang, pengembangan infrastruktur teknologi informasi,dan pengembangan serta penelitian produk,” ujarnya saat paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.

Penjamin pelaksana emisi efek (underwritter) yang ditunjuk untuk pelaksanaan penawaran saham perdana perseroan yaitu PT Trimegah Securities. Masa penawaran awal saham tersebut akan dilakukan mulai tanggal 3–7 Januari 2011. Adapun masa penjatahan akan jatuh pada tanggal 10 Januari dan pendistribusian akan dilakukan pada 12 Januari 2011.Perseroan akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 13 Januari 2011 mendatang. Bryan mengungkapkan beberapa alasan perseroan melakukan IPO. Pertama, untuk meningkatkan kapasitas produksi perseroan, khususnya pada colour cosmetics dan skin care.Kedua,meningkatkan pertumbuhan penjualan sekitar 20% sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar di industri kecantikan dan personal care.

Ketiga, meningkatkan infrastruktur pendukung, yaitu informasi teknologi, riset dan pengembangan, kapasitas dan prasarana gudang, serta Martha Tilaar Shop. Dia menjelaskan, saat ini PT Martina Berto berada pada urutan kedua di colour cosmetics dengan market share 13,6% dan urutan keempat di skin care product dengan market share 5,7%. Dengan melakukan IPO,dia berkeyakinan posisi perusahaan bisa menjadi peringkat satu untuk kategori colour cosmetic dan ketiga untuk kategori skin care. ”Untuk jangka pendek, perusahaan menargetkan menjadi top three dalam industri perawatan kecantikan dan spa di Indonesia.

Sedangkan tujuan jangka menengah menjadi pemain regional di Asia-Pasifik dalam industri perawatan kecantikan dan spa,”ujarnya. Direktur Keuangan PT Martina Berto, Handiwidjaja, menambahkan, pada 2011, perusahaan telah menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp135 miliar. Sebesar Rp82 miliar di antaranya akan dipergunakan untuk pembangunan pabrik baru dan sisanya Rp53 miliar untuk membeli mesin baru. Untuk kinerja 2010, Handiwidjaja mengungkapkan, perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp574,773 miliar dengan laba kotor Rp309,003 miliar, sementara beban usaha mencapai Rp258,118 miliar.

Adapun laba usaha mencapai Rp50,885 miliar dan laba bersih sebesar Rp36,665 miliar.”Debt to equitydiperkirakan hanya 0,51. Sedangkan debt to assethanya 0,19,”paparnya. Komisaris Utama PT Martina Berto,Martha Tilaar, mengatakan, strategi yang dikembangkan perusahaan telah sesuai dengan kebutuhan pasar.Saat ini waktu yang tepat bagi perseroan untuk melakukan perluasan usaha, khususnya ke luar negeri.”Kalau biasanya perusahaan barat ekspansi ke timur. Tapi kami melakukan sebaliknya. Perusahaan dari timur yang ekspansi ke barat,”ujarnya.

Analis dari Indosurya Securities, Reza Priyambada, mengatakan, PT Martina Berto merupakan perusahaan yang memasarkan produk kosmetik yang telah dikenal masyarakat.Karena itu,dia optimistis, akan banyak investor yang tertarik memiliki saham perusahaan perawatan kecantikan ini.”Sepertinya sebagian besar dari investor untuk memiliki saham Martina Berto, bukan untuk kepentingan jangka pendek. Karena, biasanya saham emiten sektor kosmetik tidak terlalu fluktuatif,”jelas dia. (hermansah) 

Busyro named new antigraft leader

The Jakarta Post, Jakarta | Fri, 11/26/2010 11:19 AM | Headlines 

The House of Representatives on Thursday selected Busyro Muqoddas to be the new chairman of the Corruption Eradication Commission (KPK) after two rounds of voting.

In the first round of votes, Busyro was selected by members of the House’s legal affairs commission to be a member of the KPK leadership, beating out the only other candidate, lawyer-activist Bambang Widjojanto.

After winning the post as KPK deputy chairman, Busyro moved on to the next round of votes, where 43 of the 55 legislators appointed him new chairman, beating out the other four deputy chairmen, Bibit Samad Rianto, Chandra M. Hamzah, Har-yono Umar and M. Jasin.

Haggling between legislators marked both votes, with most arguments concentrating around the technicalities of the selection process.

Before the first round of votes, legislators argued on both the period of tenure of the new deputy and whether the new deputy should automatically be chairman as well.

Eight of the nine parties in the House decided that the new deputy would serve until December 2011 to fulfill the remaining tenure of former KPK chairman Antasari Azhar, who is serving an 18-year prison sentence for murder.

Legislators also decided to hold a second round of votes to ensure that both the newly appointed and current deputy chairmen had equal shots at the position of chairman.

Legislators locked horns once more at the start of the second round, with Golkar Party legislators steadfastly holding votes instead of choosing the new chairman in acclamation. Legislators from the other eight parties finally ceded and held another round of votes, which Busyro won in a landslide.

Busyro’s win and its potential impact on the future of the KPK has received mixed responses from legislators and activists.

Many observers placed high hopes on Busyro to revitalize the KPK’s performance, which has been hard hit by two high-profile cases: Antasari’s murder conviction, and on-again-off-again charges pressed against Bibit and Chandra for alleged abuse of power and attempted extortion of a graft suspect.

Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) legislator Eva K. Sundari said whoever was appointed would not significantly impact the work of the KPK.

She said the tenure, which would last for one year, was too brief to create any lasting changes.

“That’s why the PDI-P did not favor one candidate over the other,” she said. “In order to be effective, the newly elected candidate must take time to become familiar with the internal working of the KPK.”

House Commission III deputy chairman Fahri Hamzah said the public had to wait and see whether Busyro would perform as hoped for.

“I personally doubt his firmness,” he said, adding that Busyro’s would show his true colors once at the KPK.

Indonesia Corruption Watch (ICW) activist Donal Fariz said the KPK had to resolve all cases now that it had a new chairman.

“The new head should have more energy in dealing with the case of Gayus H. Tambunan,” Donal said.

He added that Busyro would have more energy compared to the older deputy chairmen since he was unaffected by the protracted 2009 saga pitting the police against the KPK, popularly dubbed Cicak vs Buaya (Lizard vs Crocodile), which is believed to have weakened the KPK.

“I am optimistic that the KPK will be better,” he said. (gzl) 


9 BUMN Bergelar Perusahaan Hitam

 JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam penilaian peringkat kinerja perusahaan (PROPER) soal pengelolaan lingkungan yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), ada 47 dari 690 perusahaan yang dinilai mendapat peringkat hitam. Selanjutnya, mereka akan diverifikasi untuk mendapatkan alat bukti yang tepat dalam proses penegakan hukum nanti.

"Proper ini sebagai kajian awal KLH untuk melihat apakah melanggar UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga ditemukan alat bukti yang diajukan ke pengadilan," kata Menteri Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta, di Jakarta, Jumat (26/11/2010).

Pada periode penilaian PROPER tahun 2009-2010 ini, terdapat lima kategori peringkat warna, yakni Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam. Disebutkan, peringkat Hitam ini diperuntukkan bagi perusahaan yang sengaja berbuat atau lalai sehingga terjadi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mereka juga dinilai tidak melaksanakan sanksi administrasi.

Ke-47 perusahaan berperingkat Hitam ini tersebar di 32 perusahaan agroindustri, 10 perusahaan manufaktur dan 5 perusahaan pertambangan, energi dan migas. "Yang patut disayangkan ada 9 BUMN yang mendapat gelar terendah itu. Padahal, mereka harusnya bisa jadi panutan untuk perusahaan-perusahaan lain dalam mengelola lingkungan yang bersih dan aman," kata Gusti.

Ke-9 BUMN itu adalah PT Perkebunan Nusantara IX PG Jatibarang (Brebes, Jawa Tengah), PT Perkebunan Nusantara VIII Cikumpai (Purwakarta, Jawa Barat), PT Langkat Kepong Nusantara - Gohor Lama (Langkat, Sumatera Utara), PT Perkebunan Nusantara XIII PMS Long Pinang (Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur), PT Kertas Padalarang (Bandung, Jawa Barat), PT PLN Sektor Kupang (Nusa Tenggara Timur), PT PLN Sektor Kapuas Area Siantan (Pontianak, Kalimantan Barat) dan PT PLN Sektor Kapuas Area Sei Raya (Kubu Raya, Kalimantan Barat).

Menurut dia, ada 24 perusahaan yang dua kali diganjar predikat Hitam berturut-turut, seluruhnya bergerak di sektor agroindustri. KLH perlu menindak ke-24 perusahaan yang dua kali berperingkat Hitam itu sesuai peraturan yang berlaku. Sebab, dipandang sengaja dalam kegiatan operasional mereka tidak melakukan kewajiban yang dipersyaratkan dalam peraturan terkait pengelolaam lingkungan hidup, terutama pada pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbah emisi gas buang dan pengelolaan limbah B3-nya.

Ada Apa dengan Migrasi Sistem Garuda?





Jakarta - Tertundanya sejumlah penerbangan Garuda Indonesia tentu sangat disayangkan oleh banyak pihak. Pihak Garuda memang sudah meminta maaf, namun sepertinya rasa kecewa penumpang masih sulit terlupa. Tapi bagaimana jika hal ini dilihat dari kacamata TI?

Menurut Abimanyu 'Abah' Wachjoewidajat, seorang pengamat TI, alasan pihak Garuda di mata umum terlihat masuk akal bahwa itu terjadi karena adanya migrasi dari sistem lama yang terpisah antara pergerakan pesawat, jadwal penerbangan dan pergerakan kru kabin menjadi satu kesatuan.

"Dalam bidang ICT adalah suatu hal yang normal bahwa saat melakukan suatu transisi dari sistem lama ke sistem yang baru lalu terjadi hal yang disebut down curve  (penurunan kinerja karena transisi tersebut)," kata Abah kepada detikINET, Senin (22/11/2010).

Hanya saja, lanjutnya, bila itu dilakukan pada perusahaan biasa atau menengah dan bukan pelayanan publik mungkin wajar saja. Tetapi untuk perusahaan enterprise -- apalagi ini terjadi pada flag carrier bagi Indonesia -- tentu ini akan lain soal.

Abah menambahkan, untuk melakukan transisi tersebut biasanya yang harus dimatangkan adalah hal-hal berikut:

1. Change Management. Yaitu pengelolaan tahap perubahan termasuk di dalamnya semua plan (Plan A, B, C etc), penetapan point of no returnfallback plan, failure handling dan lainnya.

2. Transition Process. Menggabungkan 3 hal menjadi satu sekaligus adalah hal yang sangat berisiko seyogyanya hal yang umum dilakukan adalah melakukan transisi secara gradual (bertahap). Misalnya melakukan 2 modul dulu, setelah hasilnya mulus baru digabungkan dengan modul satunya lagi.

"Mengenai modul mana yang digabung terlebih dahulu sebaiknya dipilih tergantung dari factor risiko, urgency, systems barrier, needs, goals, complexity, cost, process dependancy dan sebagainya," tukas Abah.

3. Parallel Run. Yaitu suatu langkah dimana sambil transisi dilakukan sistem lama tetap berjalan dan digunakan, lalu setelah sistem yang baru siap segera dilakukan peralihan ke sistem baru namun sistem lama tetap berjalan sebagai langkah antisipatif dan backup bila ternyata ada kendala setelah migrasi (post migration failure).  Bila sistem baru telah benar-benar lancar baru sistem lama dimatikan karena sudah tergantikan.

4. Periods Selection. Bila perubahaan ini dilakukan sekarang seharusnya berarti memang saat ini adalah periode yang paling sepi (off peak) karena pada off peak season risiko bisa ditekan seminimal mungkin, bila tidak maka perencanaan ini sudah termasuk gagal dan terlalu berani ambil risiko.

Selain itu sewajarnya perubahan sistem tersebut dilakukan pada larut malam hari atau masa yang paling sedikit imbasnya kepada pelayanan publik, bukan siang hari seperti ini.

5. Trial Test. Yaitu simulasi untuk latihan melakukan perubahan sehingga semua pihak benar-benar siap dan paham apa tugasnya.

6. Coordination. Berkodinasi dengan semua pihak terkait termasuk pihak ketiga yang mungkin akan terkena imbasnya sehingga bisa bersiap diri.

Sebelumnya, akibat pembatalan sejumlah penerbangan kemarin, Garuda secara resmi telah meminta maaf atas ketidaknyamanan itu. Pihak Garuda juga membenarkan, kacaunya jadwal penerbangan tersebut dikarenakan maskapai milik pemerintah tersebut saat ini sedang menerapkan sistem baru.

"Selama ini kita punya 3 sistem yang memonitor pergerakan pesawat, ada sistem yang memonitor pergerakan para awak kabin, ada juga sistem yang memonitor jadwal penerbangan. Sistem ini masing-masing berdiri sendiri," kata VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Pujobroto.

Dari 3 sistem monitor yang awalnya dipisahkan, kini Garuda sedang menjajal penggabungan 3 sistem tersebut atau yang dikenal dengan istilah Integrated Operational Control System (IOCS). "Jadi sistem yang awalnya sendiri-sendiri kemudian diintegrasikan menjadi satu," imbuhnya.

Namun demikian, meskipun sistem telah disiapkan dengan matang dan tentunya telah dilakukan beberapa kali uji coba, namun saat diterapkan sistem tersebut masih meleset dari harapan. ( ash / fyk )

Ardhi Suryadhi - detikinet

Taiwan donates $300,000 for disaster victims

Jakarta (ANTARA News) - Taiwan has donated US$300 thousand in funds to finance reconstruction efforts in disaster-hit regions in Indonesia.

The funds, along with 1,000 blankets, 7,000 clothes, 25,255 pairs of shoes, and 10,000 pairs of footwear will be distributed among victims of natural disasters in stages, the Taipei Economic and Trade Office (TETO) said in a press release on Monday.

The donation will be channeled through the Indonesian natural disaster mitigation board, the office said.

TETO, along with Taiwanese companies operating in Indonesia is planning the next phase of relief aid for the victims of natural disasters, it said.

The Indonesian government said early this month it would draw up blueprints for the reconstruction of the disaster-hit regions of Wasior, Mount Merapi and Mentawai islands.

"We anticipate that funding for the reconstruction of the areas hit by natural disasters will come from various sources, both internal and from foreign assistance," Coordinating Minister for People`s Welfare Agung Laksono said.

Wasior in West Papua province was devastated by a flash flood that killed more than 160 people on Oct 4.

On Oct 25, a tsunami triggered by a magnitude-7.7 undersea earthquake engulfed the Mentawai islands off the coast of West Sumatra, killing at least 430 people and leaving some 15,000 people displaced.

Mount Merapi, located on the borders between Central Java and Yogyakarta provinces, erupted at least five times since Oct 26, spewing hot clouds 1.5 km into the air and sending lava down its many slopes. The lives of at least 168 people were lost, and the homes of about 70,000 others were destroyed. (*)

http://www.antaranews.com/en/news/12898356.......

President Obama delivered a speech at the University of Indonesia in Jakarta on Wednesday





JAKARTA, Indonesia — In a much-anticipated speech focusing on development, democracy and religion, President Obama sought on Wednesday to strengthen America’s ties with Indonesia, a rising Asian power with the world’s largest Muslim population. But his intended audience was also elsewhere in the Muslim world, especially in the Middle East, where he began talking last year of a fresh start between the West and the Islamic world.

Muslim leaders here praised Mr. Obama’s knowledgeable and warm approach to Indonesia but expressed doubts that his speech would resonate in the wider Muslim world. Too few concrete changes in American foreign policy, they said, had followed previous speeches in Egypt and Turkey.

“President Obama didn’t offer any new major points,” said Azyumardi Azra, a prominent Muslim thinker and the director of the graduate school at Syarif Hidayatullah State Islamic University. “There is no breakthrough, for example, to accelerate a peaceful resolution to the conflict between Israel and Palestine.”

“Many people had been expecting that he would address one of the stumbling blocs to the peace process, like Israel’s construction of new housing,” Mr. Azra added.

Mixing the personal, political and religious, Mr. Obama spoke of Indonesia’s history of religious tolerance and its commitment to democracy and diversity before a receptive audience of 6,500 mostly young people at the University of Indonesia. In a 30-minute speech, the president underscored the shared values between the United States and Indonesia, which is known for its tradition of moderate Islam.

Mr. Obama spoke about hearing the “call to prayer across Jakarta,” where he lived for four years as a boy. He referred several times to his Indonesian stepfather, Lolo Soeotoro, who, he said, “was raised a Muslim” but “firmly believed that all religions were worthy of respect.”

“I thought the speech was very good because it showed that Obama knows about the people of Indonesia, our cultures and traditions, and mentioned what we have in common,” said Slamet Effendi Yusuf, a deputy chairman of Nahdlatul Ulama, one of Indonesia’s largest Islamic organizations. “He was arguing against the people who say that there is something incompatible between Islamic and Christian civilizations.”

Although 90 percent of Indonesia’s nearly 240 million citizens are Muslim, the country’s constitution recognizes the world’s major religions, and for decades political Islam had little role in this country. But in the past two decades, as Indonesians have become increasingly religious, events in the Middle East and other Muslim regions have gained more traction here.

Mr. Obama talked about the “issues that have caused tensions for many years,” mentioning the wars in Afghanistan and Iraq, and the conflict between Israel and Palestine. He said that the United States had made “some progress” in those areas since Mr. Obama gave his first speech on the United States and Islam 17 months in Cairo.

But Din Syamsuddin, the head of Muhammadiyah, one of Indonesia’s biggest Islamic organizations, said the president offered nothing fresh here.

“His speech in Cairo raised a lot of hopes, but his speech today was repetitive and redundant,” Mr. Din said.

Anis Matta, the secretary general of the Prosperous Justice Party, which is Indonesia’s biggest Islamist political party, said Mr. Obama’s outreach to Muslims here and elsewhere would be influenced by a single issue.

“What will Obama do in resolving the Israeli-Palestinian conflict?” Mr. Matta said. “If we don’t see any progress, what he says is just a speech.”

Some experts said Mr. Obama’s premise of reaching out to the wider Muslim world by showing that the United States and Indonesia share values was flawed. Despite the big population of Muslims here, Indonesia’s influence has never extended beyond Southeast Asia.

“Of course, Indonesia does have a seat in the Muslim world, but to what extent it can influence political processes in the Muslim world’s heartland is a big question,” said Rizal Sukma, executive director of the Center for Strategic and International Studies, a leading think tank here. “Basically, we are not perceived as sitting at the main table in the Muslim world.”

Becoming the United States’ model Muslim democracy also made some Indonesians uneasy.

“The U.S. is trying to use Indonesia as an arena from where it could rebuild its relations with the Muslim world, but that’s dangerous,” said Bantarto Bandoro, a political scientist at the University of Indonesia. “Indonesia might be seen as being co-opted by the United States.”

In his speech, Mr. Obama won fans with stories about growing up in a Jakarta that existed before most of the audience members were born. “Indonesia is a part of me,” he said, doubling the effect by delivering the line in Indonesian.

Harish Muhammad, 18, a computer science major, said he had always believed that the United States was “anti-Islam” but that Mr. Obama had made him rethink his assumptions.

Others remained skeptical, however.

“Obama talked about how Indonesia is part of him,” said Agustina Retnaningsih, 37, a graduate student in pharmacology. “But it makes me wonder: Which part? Where do you put Indonesia and Islam in you and your policy?’



By Norimitsu Onishi
The New York Times

Asset of OCBC NISP standing at IDR47.6 trillion

JAKARTA:  Total assets of  PT Bank OCBC NISP Tbk are estimated to reach DIR47.6 trillion following the corporate scheme for merger with PT Bank OCBC Indonesia.

Director of Bank OCBC NISP Rama Pranata Kusumaputra said the assumption here refers to the total corporate assets on October 15 worth IDR41.52 trillion of the total assets of OCBC In­do­nesia worth IDR6.07 trillion.“With the merger here the total assets of Bank OCBC NISP will later reach IDR47.606 trillion,” he said yesterday.

After merger, all assets and liabilities of Bank OCBC Indonesia will be shifted to Bank OCBC NISP.
He then unveiled that after merger the CAR is 18.1 percent and net profit IDR479 billion. Besides, the third party fund (DPK) of Bank OCBC NISP will increase into IDR36.54 trillion.“Our loan to deposit ratio (LDR) will stay at the secured level of 78.6 percent. The gross NPL will be 2.9 percent and net NPL 1.4 percent,” he said.

Bank OCBC NISP is go public company with 81.9 percent shares possession by Bank OCBC Singapore, and Bank OCBC Indonesia 99 percent shares are owned by OCBC Bank Singapore and 1 percent by Bank
OCBC NISP.
The merger scheme of Bank OCBC NISP and Bank OCBC Indonesia has been approved by the minor shareholders.President Director of Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja said the approval was attained from the EGMS yesterday. The company would seek merger permit to BI.

The merger is expectedly effective by January 1 next year after getting approval from EGMS, Bapepam-LK, BI, and Ministry of Justice and Human Rights. After accomplishing merger process, two entities here will use name and logo of Bank OCBC NISP and Bank OCBC Indonesia is dismissed without any liquidation. 

Parwati said the merger is not related to the efforts to meet the single presence policy (SPP) required by BI. Besides, she said the merger scheme will help ease the customers in transaction. She said the customers many times are facing obstacles in transaction such as wrong transfer which is worth IDR100 billion in three months.
“It is meant to transfer to Bank OCBC NISP but in fact went into Bank OCBC Indonesia and vice versa,” she added.

Dealing with the merger scheme, she admitted the company does not lay off the employee. But she mentioned some employees decided not to join with the company.“Some 323 employees or 5 percent employees of both entities [Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia] prefers to quit.”Parwati also unveiled that company targets to grow the credit 30 percent next year focusing on SME (small medium enterprise).
“We are sure next year credit of Bank OCBC NISP could grow by 25-30 percent," she said.She said next year the company will develop corporate credit as that of worked out by Bank OCBC Indonesia. (Bisnis/07)

Finally, nation talks about national hero nomination for Soeharto

 By Fardah

Jakarta (ANTARA News) - Prayers to observe the 1000 days of the demise of former President Soeharto will be organized in five different places on October 22, 2010.

By accident, Soeharto has been frequently mentioned in the media following a proposal on rewarding the national hero status to ten people including Soeharto.

Since his death on January 27, 2008, there have been rarely any news proposing him to receive national hero tittle, as the nation is quite divided in seeing Soeharto.

Some look at him a hero, as no doubt he had fought for the nation during the colonialism era, and he had been successful in developing the country during his about 30-year administration. But some others accuse him as a corrupter, or at least putting blind eyes on corruption cases involving his relatives, especially his children.

Responding to controversy on the Seoharto nomination, Social Affairs Minister Salim Segaf Al-Jufri said proposals to award the national hero title to certain people had not come from the government but from the people.

"The proposals do not come from the government but from the grass roots. Every citizen has the right to propose somebody for official recognition as a national hero," the minister said here Monday.

He said his ministry had already selected 10 names from among many more proposed by the people for recognition as national hero, and submitted them to the Council of Titles, Decorations and Orders of Merit.

The ten names are Ali Sadikin (former Jakarta Governor, from West Java), Habib Sayid Al Jufrie (from Central Sulawesi), HM Soeharto (former president, from Central Java), Abdurrahman Wahid (from East Java), Andi Depu (from West Sulawesi), Johanes Leimena (from Maluku), Abraham Dimara (from Papua), Andi Makkasau (from South Sulawesi), Pakubuwono X (from Central Java), and Sanusi (from West Java).

On the controversy regarding Soeharto, the minister said in the present democratic era, it was normal for people to have different opinions about something.

To be considered for the national hero title, the person nominated by anybody must meet certain criteria set forth in Law No. 20/2009 on the awarding of special distinctions by the state.

Among the criteria were that he or she is an Indonesian national, has struggled against colonialism, or for education and political purposes in the territory now called Indonesia. Besides, they must also be morally untainted and never have been jailed, and to have always fought in the interest of the Indonesian Republic.

Another requirement was they must be proposed by the people, districts, and governors. At gubernatorial level, there was a team called regional title study and research.

The proposed persons must first be studied, researched and seen whether they have met the requirements. Then seminars should be organized about them, and later their names should be submitted to the social affairs ministry.

After being discussed for about four months, the selected ones will be submitted to the Council of Titles, Decorations and Order of Merit chaired by the coordinating minister for political, legal and security affairs.

"It`s quite a long process, not one or two days, and it has to start from the bottom level, so let us just wait for the results," the minister said.

Cabinet Secretary Dipo Alam also confirmed that the former president was proposed by the people, not by the government, to be given a national hero title.

The Team will later present its verification results to President Susilo Bambang Yudhoyono . "Later, it is the President who will decide who deserve the national hero titles," Dipo Alam said.

The National Alliance of Patriotic Volunteer Soehartoist for the Republic of Indonesia Development (ASPPPRI) has expressed its support for naming Soeharto as a national hero.

"We support the effort to name the late Great General HM Soeharto as as national hero, for his contributions as `The Father of Indonesian Development` who has been acknowledged by the history and the people," ASPPPRI Coordinator Jantje Worotitjan said here recently.

ASPPPRI has organized discussions and dialogs in Jakarta and other cities on proposing Soeharto to receive national hero status.

"Every one has agreed that Mr Harto deserves the honorary title of national hero. He has significantly contributed to making  Indonesia one of the `Asian tigers`," Jantje Worotitjan said.

He claimed that ASPPPRI had receives letters of support from Java, Sumatra, and Sulawesi as well as Papua to make Soeharto a national hero.

Former Nahdlatul Ulama (NU) Chief Hasyim Muzadi said former president Soeharto deserves to be given the national hero title by the state.

"Soeharto deserves to be awarded the national hero title," Hasyim, currently secretary general of the International Conference of Islamic Scholars (ICIS), said here Monday.
He made the statement to comment on the inclusion of Soeharto as one of 10 prominent figures proposed by the people to as national heroes.

"Soeharto deserves to be named a national hero although he was not free of mistakes. Every era has its outstanding figure, and every such figure was meritorious in a particular era," he said.

Soeharto`s services to the nation could not be judged based on the values or norms prevailing in Indonesia today, he said.

"Soeharto came to power in a revolutionary situation. Without Soeharto, Indonesia could have become a communist country, been deprived of its state ideology Pancasila, its 1945 Constitution and of religion," he stated.

At the time, Indonesian Communist Party (PKI) revolutionary councils had been set up everywhere, from Jakarta to rural areas, and they were poised to take over power as soon as their rebellion had succeeded, Hasyim said.

In the first 15 years of Soeharto`s administration, Indonesia was successful in developing its economy, but the second 15 year period, corruption was rampant in the country, he said.

"It was because there was hardly any control on the power of the military and the bureaucracy," he said.

He said Indonesia needed to conduct a drive for national reconciliation to free itself of a legacy of revenge-seeking tendencies.

Hutomo Mandala Putra (known as Tommy), the youngest son of Soeharto, said in Karanganyar, Central Java, recently that his family would not ask the government for the hero title for his father.

"The awarding of the national hero status to former president Soeharto is just a matter of time, given his extraordinary services to the nation. Every one knows that," Hutomo Mandala Putra said.(f001/A/HAJM/F001)

DPRD DKI: 3 Tahun Fauzi Bowo Tidak Ada Yang Signifikan


TEMPO Interaktif, Jakarta -Dewan Perwakilan Rakyat Daerah angkat bicara mengenai 3 tahun Pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo di DKI Jakarta terhitung tahun 2007 hingga 2010. Sebagian dari mereka mengatakan Fauzi telah berhasil dalam perencanaan, namun saat eksekusi kebijakan Fauzi masih terlihat kendur.

“Terlalu banyak rencana dan program tapi saat implementasinya masih kurang,” kata Johnny Simanjuntak anggota komisi Kesejahteraan dari Fraksi PDIP, hari ini.

Johnny menambahkan, rakyat kecil tidak mengerti tentang perencanaan berbagai kebijakan tersebut. Rakyat, Johnny menambahkan, ingin merasakan kemudahan yang sesungguhnya dalam pembangunan yang terkait dengan kesejahteraan dan managemen lalu lintas.

“Rakyat selalu mengingat semboyan kampanye yang dielukan Fauzi yaitu serahkan pada ahlinya. Maka dari itu Gubernur harus memiliki keberanian untuk membuat trobosan selanjutnya. Selain itu hubungan dengan Pemerinta Pusat juga harus dipererat sehingga Pemerintah Pusat dapat memberikan dukungan dalam berbagai kebijakan Pemprov DKI,” tutur Johnny.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya beberapa program besar yang menjadi andalan Fauzi Bowo dalam mengatasi kemacetan dan banjir yang menjadi momok masalah penyelesaiannya masih terkendala oleh Pemerintah Pusat.
Electronic Road Pricing yaitu pembatasan mobil dengan sistem berbayar contohnya sebagai solusi atasi kemacetan, saat ini masih terkendala payung hukum dari Kemenkeu dan Kemenhub padahal telah mendapat dukungan dari Wakil Presiden Boediono. Dan program utama mengatasi banjir adalah pengerukkan 11 sungai, 3 waduk dan 1 kanal masih juga terkendala Peraturan Pemerintah Pusat.

“Solusi utama banjirnya itu pengerukkan sungai dengan Bank Dunia. Karena kalau dikeruk hanya sebagian-sebagian saja hasinlnya percuma. Pasti sedimennya akan terbawa dari hulu,” kata Fauzi Bowo.

Sementara itu Wakil DPRD dari fraksi PPP Lulung Lunggana mengatakan penataan dari program-program pembenahan masalah di DKI Jakarta belum tertata. Sehingga beberapa program yang sebenarnya paling dibutuhkan masyarakat seperti penambahan koridor TransJakarta masih terkendala proses tender bis.
“Dalam penanganan banjir, harusnya yang dilakukan Pemprov adalah bekerja sama dengan Pemda Bogor yang merupakan bagian hulu. Seperti dengan menyarankan warga Bogor membuat sumur resapan sehingga air yang turun ke Jakarta tidak terlalu banyak,” kata Lulung.

Sedangkan Anggota komisi Pembangunan dari fraksi Golkar Priya Ramdhani mengatakan tidak ada tindakan pembangunan signifikan yang dilakukan oleh Fauzi Bowo dalam 3 tahun ini.
Program yang dibanggakan oleh Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Tauchid Cakra terkait Kanal Banjir Timur dan Busway, menurut Priya, adalah warisan dari pemerintahan sebelumnya.

“Saat ini Pemprov tidak lagi bisa tawar menawar. Mereka harus mengejar program-program signifikan dalam tahun pemerintahan yang tersisa,” tutur Priya.


RENNY FITRIA SARI

Penundaan Kunjungan dan Harga Diri Bangsa

Pada hari Selasa 5 Oktober 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memutuskan untuk menunda kunjungan resmi kenegaraan ke Belanda. Keputusan itu diambil pada detik-detik terakhir sesaat sebelum pesawat take off.

Keputusan penundaan ini dilakukan karena sebuah pengadilan di Den Haag, Belanda, sedang melakukan sidang kilat atas gugatan dari pimpinan kelompok Republik Maluku Selatan (RMS), John Wattilete. John Wattilete menuntut pemerintah Belanda untuk menangkap Presiden SBY atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Maluku berupa pemenjaraan terhadap 93 aktivis RMS. Data itu berdasarkan laporan dari Amnesty International dan Human Rights Watch.

Keputusan Presiden SBY untuk membatalkan kunjungan ke negeri kincir angin tersebut segera menuai kontroversi. Sejumlah pihak menilai bahwa penundaan kunjungan resmi kenegaraan Presiden SBY ke Belanda dapat menjadi preseden buruk di masa mendatang sekaligus menurunkan kredibilitas Indonesia di dunia internasional. Namun, benarkah demikian? Bagaimana semestinya kita memahami keputusan pembatalan tersebut secara proporsional?

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kunjungan Presiden SBY ke Belanda sarat dengan nilai historis. Pemerintah Belanda terakhir kali menerima kunjungan resmi kenegaraan pemerintah Indonesia pada tanggal 3 September 1970. Dalam lawatan ke Belanda kali ini, Presiden SBY sedianya dijadwalkan untuk mengesahkan perjanjian kemitraan komprehensif antara Indonesia dan Belanda. Perjanjian kemitraan komprehensif itu memiliki nilai strategis tersendiri bagi Indonesia sekaligus memperkuat mekanisme kerjasama kedua negara di berbagai bidang.

Di samping itu, perjanjian kemitraan komprehensif itu juga memuat pengakuan secara tertulis pemerintah Belanda atas kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dokumen tertulis itu memiliki arti penting karena merepresentasikan adanya pengakuan secara moral dan politik dari pemerintah Belanda atas penerimaan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan adanya pengakuan secara de facto dan de jure, maka diharapkan tidak akan ada lagi distorsi sejarah maupun keragu-raguan dari kedua belah pihak.

Sikap Ambivalensi
Dalam konteks itu, perkembangan pengadilan di Den Haag, Belanda, atas tuntutan RMS terhadap pemerintah Belanda untuk melakukan penangkapan terhadap Presiden SBY dapat dilihat sebagai sebuah bentuk ambivalensi sikap pemerintah Belanda perihal pengakuan kemerdekaan Indonesia. Di satu sisi, pemerintah Belanda mengundang Indonesia untuk melakukan penandatanganan perjanjian kemitraan komprehensif yang memuat pengakuan tertulis terhadap kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, di sisi lain, pemerintah Belanda tetap memproses tuntutan RMS untuk melakukan penangkapan terhadap Presiden SBY.

Sejarah mencatat dengan tinta tebal eksistensi RMS sebagai kelompok pemberontak yang didirikan pada tanggal 25 April 1950 oleh para mantan prajurit Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL) dan pro-Belanda dengan tujuan untuk memisahkan diri dari Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia atas komando Soekarno selaku presiden ketika itu memutuskan untuk menumpas RMS pada November 1950. Kekuatan RMS pun tercerai berai hingga kemudian terhitung sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan pengasingan di Belanda. Kuat dugaan bahwa hingga saat ini RMS masih dipelihara oleh pemerintah Belanda guna menggerogoti kedaulatan bangsa Indonesia secara perlahan-lahan. Kesediaan pemerintah Belanda untuk tetap memproses tuntutan RMS di pengadilan di Den Haag, Belanda, seakan kian menguatkan dugaan tersebut.

Dalam konteks itu, sangat tepat langkah Presiden SBY untuk membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda. Pemerintah Belanda harus menyelesaikan RMS secara tuntas terlebih dahulu guna memperjelas sikap mereka sebagai sebuah negara mantan penjajah terhadap kemerdekaan Indonesia. Di samping itu, penundaan kunjungan tersebut juga penting guna memberikan shock therapy bagi pemerintah Belanda agar di kemudian hari peristiwa serupa tidak terulang kembali.

Karena itu, langkah Presiden SBY untuk membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda harus dilihat sebagai sebentuk sikap penegasan harga diri bangsa, bukan karena alasan keamanan dan keselamatan presiden. Selain adanya jaminan dari Menteri Kehakiman Belanda Hirsh Balin terhadap keamanan dan keselamatan presiden, hukum internasional pun memberikan hak impunitas kepada Presiden SBY selaku kepala negara yang sedang melakukan kunjungan resmi kenegaraan. Pada titik ini penilaian sejumlah pihak bahwa penundaan kunjungan tersebut sebagai bentuk upaya “penyelamatan diri” SBY tidak menemukan relevansinya.

Dalam kaitan itu, sangat tepat pula pernyataan Duta Besar Indonesia untuk Belanda JE Habibie saat diwawancarai oleh Radio Nederland bahwa meskipun Presiden Indonesia tidak akan ditangkap karena memiliki hak impunitas sebagai kepala negara yang diundang pemerintah Belanda, tetapi vonis pengadilan akan menimbulkan gangguan secara psikologis. Semestinya, pemerintah Belanda melakukan langkah-langkah pencegahan sehingga ketidaknyamanan psikologis itu dapat dihindari.
Akhirnya, sungguh sangat naif dan patut disayangkan penilaian sempit dari sejumlah pihak bahwa pembatalan kunjungan resmi kenegaraan ke Belanda merupakan bentuk “penyelamatan diri” dari se- orang SBY.

Bawono Kumoro
Penulis adalah peneliti Politik The Habibie Center

KPPU: Pfizer & Dexa langgar UU No. 5/1999

Kedua usaha didenda Rp25 miliar & Rp20 miliar
JAKARTA: Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan kelompok usaha Pfizer dan PT Dexa Medica melakukan pelanggaran UU No.5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, terkait dengan perkara kartel obat antihipertensi.

Dalam putusan yang dibacakan majelis komisi Ahmad Ramadhan Siregar, Tadjuddin Noer Said, dan Erwin Syahrir, kemarin, PT Pfizer Indonesia, Pfizer Inc, Pfizer Overseas LLC, Pfizer Global Trading, dan Pfizer Corporation Panama, berturut-turut sebagai terlapor I, III, IV, V, dan VI, dinyatakan terbukti melanggar Pasal 5, 11, 16, dan 25 Ayat 1 Huruf a, sedangkan PT Dexa Medica (terlapor II) dinyatakan terbukti melanggar Pasal 5, 11, dan 16.

Pasal 5 mengatur mengenai larangan bagi pelaku usaha untuk melakukan penetapan harga, Pasal 11 mengenai kartel, Pasal 16 mengenai larangan bagi pelaku usaha untuk membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang menimbulkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan tidak sehat, serta Pasal 25 Ayat 1 mengenai penyalahgunaan posisi dominan.

Karena terbukti melakukan pelanggaran pasal-pasal tersebut, keenam terlapor dijatuhi hukuman denda, yakni PT Pfizer Indonesia, Pfizer Inc, Pfizer Overseas LLC, Pfizer Global Trading, dan Pfizer Corporation Panama, masing-masing dijatuhi denda Rp25 miliar, dan PT Dexa Medica sebesar Rp20 miliar.

Selain itu, majelis komisi dalam putusannya juga membatalkan beberapa pasal dalam Supply Agreement antara terlapor III dan II, satu pasal dalam Pfizer Distribution Agreement antara terlapor I dan PT Anugrah Argon Medika.

Majelis komisi, di bagian lainnya juga memerintahkan PT Pfizer Indonesia untuk menurunkan harga obat Norvask sebesar 65% dari HNA (harga neto apotik) hingga putusan berkekuatan hukum tetap, dan PT Dexa Medica untuk menurunkan harga obat Tensivask 60% dari HNA hingga putusan berkekuatan hukum tetap.

Di samping itu, kedua perusahaan farmasi tersebut juga diperintahkan untuk tidak melibatkan dokter dalam program Health Care Compliance Program (HCCP), serta menurunkan biaya promosi hingga 60%.

Ganggu investasi

Public Affairs and Communication Director PT Pfizer Indonesia, Chrisma A. Albandjar, menyayangkan keputusan KPPU itu karena tidak memberikan kepastian hukum di Indonesia dan mengganggu iklim investasi.

"KPPU sama sekali tidak memperhatikan dan menimbang bahan-bahan yang sudah kami berikan dan pendapat saksi-saksi selama pemeriksaaan berlangsung yang semuanya membuktikan bahwa Pfizer Indonesia sama sekali tidak melanggar UU Persaingan Usaha," katanya.

PT Pfizer Indonesia, menurutnya, menolak putusan itu karena KPPU dinilai tidak mempertimbangkan data, dokumen, bukti dan pendapat saksi ahli yang disampaikan pihaknya pada saat proses pemeriksaan perkara.

KPPU, menurutnya, tidak mempertimbangkan bukti-bukti penting yang jelas menunjukkan bahwa PT Dexa Medica merupakan pesaing bagi PT Pfizer Indonesia dan kedua perusahaan tidak pernah membuat perjanjian baik lisan maupun tertulis untuk mengatur penetapan harga atau produksi.

Selain itu, lanjutnya, PT Pfizer Indonesia tidak pernah membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang melanggar peraturan dan perundangan di Indonesia termasuk menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.

KPPU, menurutnya, salah menginterpretasi pasar bersangkutan dalam perkara ini dan tidak mengindahkan pendapat para saksi ahli dan lembaga ini berpendapat hanya ada satu pengobatan terapetik yang tersedia, padahal ada ratusan produk di pasar yang terbukti dapat mengobati kondisi medis yang sama.

"Kegagalan dalam menafsirkan regulasi maupun pasar yang bersangkutan menyebabkan KPPU pada kesimpulan yang salah terkait dengan dominasi pasar. PT Pfizer Indonesia tidak mempunyai posisi dominan di pasar obat antihipertensi," jelasnya.

Di lain pihak, kuasa hukum PT Dexa Medica, HMBC Rikrik Rizkiyana, merasa kecewa dengan putusan majelis komisi KPPU yang dinilai tidak mempertimbangkan data dan bukti yang disampaikan oleh pihaknya pada waktu pemeriksaan perkara.

"Putusannya zalim. Nampaknya dalam hal ini majelis komisi tidak bekerja dengan baik karena hasil analisisnya sama dengan pemeriksaan lanjutan. Ada yang tidak dijadikan konsideran oleh majelis komisi," ujar Rikrik, seusai sidang pembacaan putusan, kemarin.

Di bagian lain, Rikrik menyebutkan banyak perbandingan yang tidak apple to apple dalam pertimbangan putusan KPPU. Contohnya, menurutnya, tidak sama pergeseran harga Norvask dan Tensivask, serta perbandingan antara international pricing dengan harga yang ditetapkan perusahaan itu.

"Pasti kita akan mengajukan keberatan," katanya. (elvani@bisnis.co.id)

Oleh Elvani Harifaningsih
Bisnis Indonesia

PT Arpeni digugat pailit

Korea Securities klaim YED 5 masih punya kewajiban US$2,15 juta

JAKARTA: Korea Securities Finance Corporation melayangkan permohonan pailit terhadap PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk, yang merupakan penjamin dari YED 5, S.A.

Dalam permohonan pailit yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.67/ PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST, Korea Securities mengklaim YED 5-perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Panama-masih mempunyai kewajiban yang sudah jatuh tempo senilai US$2,15 juta.

Utang itu, menurut Korea Securities, tidak dipenuhi pembayarannya oleh YED 5, sehingga akhirnya ditagih kepada PT Arpeni yang merupakan penjamin YED 5 berdasarkan surat penjaminan (letter of guarantee) tertanggal 22 Mei 2007.

Berdasarkan surat penjaminan itu, termohon pailit ini disebut-sebut menyatakan sebagai pihak yang menjamin tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali, pembayaran nilai pinjaman termasuk bunga dan biaya-biaya lain yang jatuh tempo oleh YED 5 sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian.

Untuk terpenuhinya syarat permohonan kepailitan sesuai UU No. 37/2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), pemohon menyertakan kreditur lain dari termohon pailit, yakni Sekwang Shipbuilding Co Ltd.

Kewajiban senilai US$2,15 juta terhadap Sekwang disebut-sebut muncul karena PT Arpeni menandatangani jaminan pelaksana (performance guarantee) atas transaksi pembelian sebuah kapal antara Sekwang dan YED 5, S.A.

Hubungan hukum antara kedua pihak disebut-sebut berawal ketika YED 5, S.A. dan beberapa kreditur lainnya (senior lenders) dan Korea Securities (junior bond purchaser) menandatangani perjanjian fasilitas (facility agreement) pada 22 Mei 2007 dan menunjuk Woori Bank, Hongkong Branch, selaku agen dari kreditur.

Berdasarkan perjanjian, menurut pihak Korea Securities, YED 5 akan menerima pinjaman senilai US$19,9 juta dari para kreditur lainnya termasuk Korea Securities (pemohon pailit), guna membiayai pembelian satu tanker pengangkut minyak atau bahan kimia.

Pemohon disebut-sebut telah membeli obligasi (junior bond) tertanggal 30 Mei 2007 senilai US$4,7 juta yang diterbitkan dan dijual YED 5. Sementara PT Arpeni (termohon pailit) bertindak sebagai penjamin berdasarkan letter of guarantee tertanggal 22 Mei 2007.

Atas pinjaman itu, klaim pemohon, YED 5 telah mengembalikan utangnya pada para pemberi pinjaman senior, tetapi perusahaan asal Republik Panama tersebut masih mempunyai sisa kewajiban senilai US$2,15 juta kepada pemohon.

Surat peringatan

Pemohon mengaku telah mengirimkan surat peringatan kepada YED 5 yang intinya meminta perusahaan itu untuk menyelesaikan kewajibannya. Akan tetapi, surat peringatan tersebut tidak direspons oleh YED 5.

Lantas, Korea Securities menagih utang tersebut kepada PT Arpeni, baik melalui sambungan telepon maupun surat peringatan. "Termohon mempunyai utang yang sudah jatuh tempo. Dari korespondensi selama ini, mereka mengakui adanya utang dan berniat untuk restrukturisasi," kata Yusfa Perdana, kuasa hukum Korea Securities, seusai sidang, Kamis, pekan lalu.

Akan tetapi, sambung Yusfa, hingga diajukannya permohonan pailit melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, perusahaan itu belum menyelesaikan kewajiban maupun mengajukan proposal restrukturisasi tersebut.

Akan tetapi, dalam sidang perdana itu PT Arpeni selaku termohon pailit maupun kuasa hukumnya tidak menghadiri jalannya sidang, sehingga akhirnya persidangan ditunda hingga 27 September 2010.

Direktur Keuangan PT Arpeni, Ateng Suhendra, menyebutkan dirinya tidak bisa memberikan komentar atas permohonan pailit tersebut. Dia menyebutkan bahwa yang berkompeten memberikan komentar adalah Corporate Secretary PT Arpeni.

Namun, hingga berita ini diturunkan, Bisnis tidak berhasil menghubungi pihak PT Arpeni untuk dimintai komentarnya. Bisnis sudah menghubungi Direktur Utama Oentoro Surya dan Corporate Secretary Ronald Nangoi, tetapi sambungan telepon ke ponsel mereka tidak diangkat dan pesan singkat yang Bisnis kirimkan belum dijawab. (08) (elvani.harifaningsih@ bisnis.co.id)

Oleh Elvani Harifaningsih
Bisnis Indonesia

Jakarta "Tenggelam" Sudah di Depan Mata


Penurunan Permukaan Tanah


JAKARTA, KOMPAS.com — Penurunan permukaan tanah secara signifikan di Jakarta semakin luas. Kondisi tersebut terjadi akibat kian intensifnya pembangunan fisik yang disertai penyedotan air tanah secara tidak terkendali. Naiknya permukaan laut sebagai dampak pemanasan global menyebabkan wilayah Jakarta yang terendam rob atau genangan saat air laut pasang kian luas.
Tim dari Kelompok Keilmuan Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang melakukan kajian subsidensi permukaan tanah di 23 titik di sekitar Jakarta menyimpulkan, penurunan permukaan tanah bervariasi, 2 sentimeter hingga lebih dari 12 cm selama 10 tahun sejak 1997 hingga 2007.
Hasanuddin Z Abidin, salah seorang peneliti, Sabtu (25/9/2010), menyatakan, sebagian besar kawasan barat hingga utara Jakarta mengalami penurunan tanah antara 5 cm dan 12 cm. Adapun wilayah tengah hingga timur penurunan tanahnya hingga 5 cm. Penurunan kawasan timur laut hingga selatan berkisar 2-4 cm.
”Penurunan permukaan tanah di sejumlah wilayah juga menurunkan badan jalan dan saluran drainase sehingga retak-retak, rusak, dan menutupi saluran,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Tarjuki. ”Dinas PU DKI sedang memperbaiki badan saluran drainase yang tertutup agar air lebih cepat mengalir,” lanjutnya.
Penurunan permukaan tanah juga menciptakan kawasan-kawasan cekung yang lebih cepat tergenang saat banjir.
Sebagian kawasan Pademangan, Jakarta Utara, yang beberapa tahun lalu nyaman dilalui, misalnya, kini menjadi langganan rob saat air laut pasang. Kawasan wisata Ancol Taman Impian yang beberapa tahun lalu lebih tinggi daripada permukaan laut kini harus membangun tanggul di sepanjang bibir pantai guna menahan air laut saat pasang. Tanggul pun harus rutin ditinggikan karena permukaan tanah terus turun.
Data Dinas Pengembangan DKI Jakarta bahkan lebih mengerikan. Pada periode tahun 1982 hingga 1997 terjadi amblesan tanah di kawasan pusat Jakarta yang mencapai 60 cm hingga 80 cm. Karena merata, amblesan ini menjadi tidak terasa. Bila penurunan ini terus berlanjut, "tenggelamnya" Jakarta sudah di depan mata.
http://megapolitan.kompas.com/read/2010/09/27.....

Rencana Merger PT Bank OCBC NISP Tbk dan PT Bank OCBC Indonesia

Umumkan Rencana Penggabungan Usaha

Pada tanggal 24 September 2010 secara resmi disampaikan kepada publik tentang rencana PT Bank OCBC NISP Tbk dan PT Bank OCBC Indonesia untuk melakukan penggabungan usaha kedua perusahaan tersebut. Bank OCBC NISP merupakan perusahaan publik yang 81,9% sahamnya dimiliki oleh OCBC Bank Singapura, sementara itu PT Bank OCBC Indonesia adalah perseroan terbatas yang 99% sahamnya dimiliki oleh OCBC Bank Singapura dan 1%-nya dimiliki oleh Bank OCBC NISP. Setelah proses penggabungan usaha tersebut selesai, rencananya kedua bank akan menggunakan nama dan logo PT Bank OCBC NISP Tbk dan dengan demikian PT Bank OCBC Indonesia dibubarkan tanpa melalui likuidasi terlebih dahulu.
Proses penggabungan dinyatakan efektif setelah mendapat persetujuan antara lain dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Bapepam dan LK, Bank Indonesia, dan Menhukham dimana diharapkan dapat terlaksana pada tanggal 1 Januari 2011.
Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur dan CEO Bank OCBC NISP menyatakan, “Penggabungan usaha ini kami nilai sebagai langkah strategis yang efektif bagi Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia untuk menciptakan sinergi dalam memberikan layanan dan produk yang lebih beragam kepada para nasabah kami; disisi lain penggunaan satu nama Bank OCBC NISP akan membantu mempermudah para stakeholder, termasuk nasabah dan pihak regulator, untuk mengingatnya dengan lebih baik.”
Sementara itu Lo Nyen Khing, Presiden Direktur dan CEO Bank OCBC Indonesia menyatakan, “ Melalui sinergi penggabungan usaha ini, nasabah Bank OCBC Indonesia akan mendapatkan nilai tambah karena mereka dapat lebih terlayani oleh 400 kantor Bank OCBC NISP yang tersebar di 62 kota besar di Indonesia, selain layanan melalui 37.000 jaringan ATM.”
Profil PT Bank OCBC Indonesia
PT Bank OCBC Indonesia didirikan tahun 1997 oleh OCBC Bank Singapura dan PT Bank (OCBC) NISP Tbk dengan komposisi saham 85% : 5%. Dengan berjalannya waktu, kepemilikan saham berubah menjadi masing-masing 99% dan 1% hingga saat ini.
Per 30 Juni 2010 total aset PT Bank OCBC Indonesia adalah Rp 4,5 triliun dengan jaringan kantor sebanyak 4 kantor di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan, serta didukung oleh 117 karyawan (per Juli 2010). Kinerja PT Bank OCBC Indonesia menunjukkan tingkat kualitas dan kesehatan yang baik sebagai sebuah bank sebagaimana tercermin dalam rasio-rasio keuangan sebagai berikut : ROA 2,72%, ROE 11,61%, CAR 36,09%, LDR 103,66% dan NPL 2,49%
Profil Bank OCBC NISP
PT Bank OCBC NISP Tbk didirikan di Bandung pada tahun 1941 dengan nama Nederlandsch Indische Spaar en Deposito Bank. Per 30 Juni 2010 memiliki total aset Rp 39,1 triliun. Bank OCBC NISP melayani nasabah melalui 400 jaringan kantor di 62 kota di Indonesia dilengkapi dengan 563 unit ATM dan dapat bertransaksi di lebih dari 37.000 jaringan ATM (termasuk ATM Bersama, BCA, OCBC Bank di Singapura dan BankCard di Malaysia) dan didukung 5.918 karyawan berdedikasi. Dalam menjalankan bisnis yang berfokus pada bidang UKM dan konsumer, Bank OCBC NISP mendapat dukungan dalam berbagai bidang dari OCBC Bank sebagai pemegang saham pengendali dengan jumlah saham sebesar 81,9%.

MRT III butuh Rp33 triliun

Stasiun diharapkan jadi pusat pertumbuhan ekonomi baru

JAKARTA: Proyek mass rapid transit (MRT) jalur Balaraja-Cikarang sepanjang 87,3 km diperkirakan menelan investasi US$3,54 miliar atau sekitar Rp33 triliun.

Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan mengungkapkan nilai investasi itu mengacu pada perkiraan biaya pembangunan MRT tahap ketiga yang rata-rata mencapai US$40,6 juta per km setara Rp381 miliar.

"Berdasarkan rekomendasi Japan International Cooperation Agency (JICA), salah satu alternatif jalur MRT tahap ketiga yang dinilai terbaik memiliki panjang 87,3 km dengan biaya rata-rata US$40,6 juta per km," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Tundjung menjelaskan alternatif jalur MRT yang membentang dari barat ke arah timur Jakarta tersebut melalui rute Balaraja-Tangerang-Duri-Grogol-antara Mangga Besar dan Sawah Besar-Kemayoran-Kelapa Gading-Cikarang.

Rute MRT itu terdiri atas lintasan jalur di atas permukaan tanah (elevated) sepanjang 58,2 km, jalur di bawah tanah (underground) 12,6 km, serta jalur existing atau at grade sepanjang 16,5 km dengan jumlah stasiun sebanyak 46 unit.

Jalur elevated sendiri meliputi Balaraja-Tangerang (17,6 km) dan Kelapa Gading-Cikarang (40,6 km), jalur bawah tanah Grogol-Kelapa Gading (12,6 km), dan jalur at grade Tangerang-Duri sepanjang 16,5 km.

Tundjung menilai rute tersebut merupakan yang terbaik dari empat rute alternatif lain yang juga dikaji JICA. Keempat rute alternatif itu yakni Balaraja-Cileduk-Blok M-Cawang-Setu; Balaraja-Tangerang-Grogol-Dukuh Atas-Cikarang; Balaraja-Kemanggisan-Dukuh Atas-Cikarang; dan Grogol-Senayan-Mampang-Pondok Kopi. (lihat infografis)

Menurut dia, Pemerintah Jepang kemungkinan besar akan mendanai proyek MRT tahap ketiga rute Balaraja-Cikarang, tentunya setelah proses studi kelayakan yang dilakukan JICA selesai pada akhir tahun ini.

"Biasanya seperti itu. Kalau JICA yang melakukan studi, Pemerintah Jepang yang kemudian mendanai proyek bersangkutan," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Tundjung juga mengungkapkan JICA telah menyelesaikan studi kelayakan proyek MRT tahap kedua rute Dukuh Atas-Stasiun Kota sepanjang 7,4 km dengan lintasan di bawah tanah.

Menurut rencana, pada jalur MRT tahap kedua itu akan dibangun sembilan unit stasiun di bawah tanah. Biaya pembangunannya sendiri ditaksir US$81,6 juta hingga US$131,9 juta per km, setara Rp767 miliar-Rp1,24 triliun.

Kementerian Perhubungan, lanjutnya, akan memprioritaskan program pembangunan MRT jalur Dukuh Atas-Kota. MRT tahap kedua itu merupakan kelanjutan MRT tahap pertama jalur Lebak Bulus-Dukuh Atas sepanjang 14,5 km senilai Rp10,26 triliun.

Biaya proyek MRT tahap pertama sendiri bersumber dari JICA Rp8,36 triliun, pemerintah pusat Rp1,25 triliun, dan APBD DKI Rp0,65 triliun. Pinjaman JICA yang bertenor 30 tahun dengan masa tenggang 10 tahun akan ditanggung DKI Rp4,8 triliun dan sisanya oleh pusat.

Setelah masa tenggang, di luar kewajiban menutup pembiayaan proyek Rp651 miliar, APBD DKI akan tergerus Rp184 miliar setiap tahun. Dari plafon pinjaman tersebut, pencairannya baru mencapai Rp5,5 triliun yang terbagi atas dua tahap.

Saat ini, sudah terdapat tiga kontraktor Jepang yang mengincar proyek tersebut, yaitu Sumitomo Corp, Marubeni Corp, dan Itochu Corp. Tender konstruksinya baru akan digelar tahun depan.

Sistem tiket

Di tempat terpisah, Gubernur DKI Fauzi Bowo mengatakan Pemprov DKI berencana menjadikan stasiun-stasiun di jalur MRT rute Balaraja-Cikarang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, selain fungsi utamanya sebagai prasarana transportasi kota.

Guna mendukung rencana itu, Pemprov DKI akan mengintegrasikan stasiun MRT dengan stasiun transportasi massal lain seperti busway dan kereta api dalam kota. "Ini juga berkaitan dengan rencana menyinergikan sistem tiket transportasi massal di Ibu Kota."

Direktur Utama PT MRT Jakarta Tribudi Rahardjo menambahkan salah satu stasiun yang diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru itu adalah stasiun perlintasan yang menghubungkan tiga rute MRT.

"Tapi sampai saat ini, perlintasan yang menghubungkan antara rute MRT tahap ketiga dengan rute MRT tahap pertama dan kedua itu belum ditentukan. Yang pasti, titik pertemuan itu akan berada di antara stasiun Harmoni sampai stasiun Glodok," katanya.

Mengomentari rencana ini, Sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit menyatakan rencana menjadikan stasiun MRT sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru itu harus dipersiapkan secara matang.

Untuk itu, dia berpendapat, pemerintah harus mengedepankan prinsip pengembangan kawasan transit atau transit oriented development (TOD), yakni dengan memadukan pengembangan kawasan transit dan properti atau perniagaan.

"Meski dalam dokumen rencana tata ruang dan wilayah DKI sendiri konsep itu sudah dikenal, sampai sekarang belum ada kejelasan bagaimana prinsip TOD itu akan diterapkan. Artinya, belum ada kejelasan pengembangan properti di sekitar stasiun MRT."

Danang menilai proyek MRT tahap ketiga dengan membuat jalur angkutan massal cepat dari barat ke timur lebih didasarkan kepentingan mengurangi kemacetan jalan di Ibu Kota, bukan sebagai proyek pengembangan kota secara berkelanjutan.

Karena itu, sambungnya, pemerintah pusat dan Pemprov DKI perlu segera duduk satu meja guna membahas proyek MRT tahap ketiga itu secara terbuka dengan melibatkan warga. "Sebagai sebuah proyek pasti harus disosialisasikan secara terbuka," ujarnya.

Proyek MRT sendiri merupakan program prioritas nasional yang masuk ke dalam salah satu rencana pembangunan jangka menengah nasional. Pelaksanaan proyek ini diserahkan kepada Kementerian Perhubungan dan Pemprov DKI.

Kepastian pembangunan MRT yang membentang dari barat ke timur wilayah Jakarta itu sendiri dituangkan dalam rancangan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta 2010-2030 yang akan disahkan pada tahun ini.

Bersaman dengan itu, Pemprov DKI juga menyiapkan peraturan daerah tentang pemanfaatan ruang bawah tanah. Perda yang ditargetkan terbit semester I/2010 itu akan mengatur sekaligus melindungi aset pemerintah maupun swasta yang berada di bawah tanah. (Hery Lazuardi/Bastanul Siregar) (hendra.wibawa@bisnis.co. id/mia.chitra@ bisnis.co.id)

Oleh Hendra Wibawa & Mia Chitra Dinisari
Bisnis Indonesia

Sumber:Bisnis Indonesia, 22 Juni 2010

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme